“Dia” (CERBUNG karya Yudha bgn 3)

Tak lama kemudian aku sudah sampai di kampus. Di tempat parkir motor sudah menuggu 2 teman terbaik aku. “Pagi!!!”, sapaan ku ama teman-temen dengan bersemangat. “Pagi, Jud!”, 2 orang temannku menjawab sapaan selamat pagiku. Cewe’ dan cowo’, yang cewe’ namaya Fatimah, umurnya 1 tahun dibawah aku, orangnya berjilbab, lumayan cantiklah menurutku, dia juga rajin, biasa aku panggil dia dengan nama panggilan aku yang unik, yaitu ‘ah’ soalnya nama belakang dia ada ‘ah’ nya. Untung aja dia g’ tersinggung dengan nama panggilan yang aku berikan padanya. Sedangkan yang cowo’ namaya Jerry, dia sebaya ma aku, umunya terpaut 1 bulan dariku. Jerry orangnya rame, g’ ngebosenin, tapi kadang aku juga sedikit sebal ma dia. Waktu aku ma dia jalan bareng ke kelas, aku sering dikatain ma anak-anak bahwa aku ma Jerry adalah anak kembar. Kan sebetulnya tidak, dia punya orang tua sendiri, aku pun juga demikian. Tapi dipikir-pikir, memang aku ama Jerry ada sedikit persamaan sih. Nama Depan kami sama yaitu dengan menggunakan huruf ‘J’, trus potongan rambut kami juga sama dengan gaya rambut ‘mohak’, tinggi badan sama juga 166 cm, tapi kalo soal sifat pasti bedalah. “Ada dosen g’ ya hari ini? Aku lagi malas ni buat kuliah..hufh!”, Jerry memulai pembicaraan dengan nada yang ketus. Langsung disambar ma Fatimah, “mending kamu g’ sah kuliah aja lah Jer-Jer hari ini! (nama panggilan Jerry yang diberikan oleh Fatimah yang terdengar aneh ditelingaku) Inikan hari senin, hari yang seharusnya kita dapat bersemangat buat belajar. Kalo hari ini uda semangat, besok-besok pasti juga begitu, hem…”. Jerry mengejek Fatimah, “siap-siap buk! Ibu Fatimah kaya dosen Bahasa Indonesia aja, awali hari dengan semangat belajar! Hehe…” Fatimah memukul tasnya Jerry seraya mengucapkan, “Aku tu nasehatin kamu biar kamu g’ jadi orang pemalas kaya gini, Jerry! Ah…” Jerry tertawa dan bilang, “iya deh Fatim-ah, aku minta maaf ya, mkasih atas sarannya loh, ckckck…” Tiap pagi memang selalu begini, tidak ada yang berubah dari mereka sejak aku berkenalan pertama kali dengan mereka berdua. Tetapi itu membuatku terhibur di pagi hari ini. “Uda-uda, kalian kaya anak kecil aja ne, tiap bertemu pasti ada hal-hal kecil dibahas jadi masalah yang besar, hihi…” Fatimah mengejek aku, “Judhi, kamu tu ketularan ya ma sifatnya Jerry? Oh, iya ya, kalian kan anak kembar, jadi sifatnya juga pasti identik, wkwk…”. Tapi tetap saja aku pasti mengelak dikatakan anak kembar, kan aku memang bukan kembarannya Jerry, “Ah… mulai lagi ne, hem…Ah, Ah… hem…”. Jerry menyela, “sudahlah, kalian yang bersuami istri jangan saling menghina, g’ baik untuk kesehatan anak. Haha…”. “Hah, emang siapa yang suami istri? Anak? Anaknya kamu? Wah, kurang ajar kau Jerry!”. Aku dan Fatimah mengejar Jerry yang sedang lari menuju kelas Sosiologi takut kena marah, tetapi marah kami bukan marah serius, hanya bercanda saja kok. Akhirnya sampai juga dikelas Sosiologi, pintu masih tertutup pula, anak-anak juga belum pada datang. Fatimah cemberut, “Kenapa kita jadi mahasiswa serajin ini ya? Mending tadi berangkat dari rumah jam 7.30 WIB aja lo gitu? Hem…”. Jerry menyinggung Fatimah, “Fatimah Fatimah, dirimu itu loh, barusan tadi nasehatin aku agar g’ jadi orang yang pemalas, lah? kok kamu malah mau ikut-ikutan jadi pemalas kaya aku? Gmana to kamu itu? hehe…”. “Itukan perkataan yang telah lalu, biarkan berlalu, kita tatap masa depan tanpa harus melihat kebelakang…haha…”, kata-kata mutiara Fatimah yang tidak mempunyai dasar yang kuat. “Mending dari pada kalian ribut-ribut g’ jelas, lebih baik salah satu dari kalian ambil kunci buat ngebuka ni kelas, diluar panas ne, terik mataharinya menyengat, kalo didalam kan bisa ngadem? sana cepat ambil kuncinya!” ,perintahku ama Fatimah dan Jerry. “Enak aja kau ini Jud, masak kamu tega nyuruh seorang cewe’ yang cantik kaya aku gini, ngambil kunci kelas, tidaaaaak!“, Fatimah menolak untuk mengambil kunci kelas. “Hehe, over PD ya bu’? Kalo cantik kok g’ mau pacaran ma aku aja, hehe… aku capek Jud abis lari tadi, ne pegel-pegel semua badan aku (Jerry lebay) hehe… jadi kamu aja ya yang nambil kunci kelas kita? Ok? Cpip!”. Fatimah melototin Jerry dan berkata, “Jerry… awas kau tar ya, g’ aku contekin Ilmu Politik tau rasa kau! wkwk…”. “Iya iya, aku ambil aja kalo begitu kuncinya, hem… tapi kalian jangan nakal ya, ckck…”, aku sedikit mengejek mereke berdua. Kulangkahkan kakiku menuju tempat pengambilan kunci kelas. Entah kenapa ada sesuatu yang memanggilku untuk mengambil kunci tersebut. Dan disaat aku membuka pintu, tak kusangka ada seorang cewe’ berjilbab dengan warna hijau muda yang juga sama sedang mengambil kunci kelas sepertiku. Aku hanya melihatnya dari belakang, lalu aku mendekat untuk mengambil kunci pintu ruang nomor 5. ‘Dia’ sudah menemukan kunci ruang kelasnya yaitu nomor 11. Akhirnya dia pergi tanpa melihatku, tetapi ada hal lain yang terjadi. Tiba-tiba tanpa terduga dan rekayasa, gantungan kunci HP “dia” tersangkut resleting tas ku. Sontak aku mengucapkan sebuah kata yang juga tidak diduga. “Hai”, kata yang aku ucapkan saat gantungan HP “dia” tersangkut diresleting tas ku. Lalu dia menatapku dan mengucapkan, “maaf ya mas…”. Saat mata kami saling menatap, ada sebuah rahasia yang sulit untuk diungkapkan dengan apapun bahkan dengan kata-kata mutiara. Sedikit gugup kemudian aku menjawab kata maaf ‘dia’, “i..iya, g’ pa-pa…”. ‘Dia’ pun pergi menuju lantai 3, dan aku pun juga langsung lari menuju 2 temanku yang sedang menungguku untuk aku membukakan pintu kelas. Fatimah berkata, “Judhi, lama bener sih kamu ni! Kamu tadi lagi buang air besar pa? Hem…”. Langsung aku menjawab, “Ah-Fatimah, Jerry, aku…aku…aku bertemu cewe’ yang tiap malam aku bayangkan. Aku ketemu dia waktu aku sedang mengambil kunci kelas ini! Sumpah! Aku g’ bohong! ‘dia’…’dia’…beda dari yang lain!”. Fatimah dan Jerry bingung mendengar perkataanku. Tapi disinilah aku memulai cerita awal ini.

BERSAMBUNG…